Sabtu, 12 Juli 2014

Raksasa dari Jogja


Raksasa Dari Jogja (RDJ) merupakan novel pertama Dwitasari, salah satu mahasiswi Sastra Indonesia FIB UI (Depok, Jawa Barat) yang mulai menyenangi dunia tulis-menulis sejak ia masih mengenakan seragam putih-merah. Seperti yang tertulis dalam novel RDJ, bagi Dwitasari menulis adalah salah satu bentuk tindakan nyata, ketika tak lagi ada orang yang menyediakan sepasang telinga untuk mendengar.      
                                                   

   Bianca Dominique. Hobi membaca buku. Sangat sabar namun tak percaya ‘cinta’. 
Setiap manusia butuh cinta? Butuh jatuh cinta? Lalu, apa salahnya jika tak jatuh cinta? Bukankah jatuh itu sakit? Manusia akan mati? Menjadi perawan atau perjaka tua? Tak berkeluarga? … (hlm.4)
   Bianca memang tak percaya cinta, namun secara diam-diam ia mencari-cari jawaban atas pertanyaan itu. Memandangi hidup yang diisi oleh kekerasan Papanya kepada Mamanya memang sudah biasa. Papanya temperamen, Mamanya sangat lemah. Seimbang. Sering melihat mamanya mendapat perlakuan yang berbanding terbalik dari makna cinta itu yang membuatnya enggan dan takut percaya cinta. 

   Letisha Ananda, sahabat yang memiliki kesamaan nasib dengannya dan tempat dimana berbagi beragam rasa kini membuat ia semakin enggan percaya cinta. Letisha merebut Joshua Prasetia Hutomo, cinta pertamanya. 

   Bianca memutuskan untuk meninggalkan Jakarta. Melupakan Letisha dan pengkhianatannya, melupakan kekerasan Papanya. Ia ingin bahagia. Bianca meneruskan kuliah di universitas swasta terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinggal dirumah Bude Sumiyati dan tentunya bertemu Kevin, sepupunya. Kevin hampir sempurna, sangat menyayangi Bianca layaknya adik sendiri. Tokoh yang paling saya suka dalam novel ini adalah Kevin :) .


   Jogja mempertemukan Bianca dengan seorang malaikat pembawa kabar baik. Gabriel namanya. Pertemuan yang selalu terjadi secara tidak sengaja, secara perlahan dan harus melewati banyak konflik itu akhirnya membuat Gabriel mempercayakan Bianca sebagai tulang rusuk yang sengaja diciptakan Tuhan untuknya. Bianca menemukan Gabriel, begitu pun Gabriel menemukan Bianca.
Dua manusia bersatu untuk menyimpan cinta. Seorang aku dan seorang kamu telah menjadi kita. Meredam egoisme, menyatukan idealisme. Melupakan perbedaan, mengakhiri beban. (hlm.268)

   Cerita RDJ dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti, ratusan bahkan ribuan kata-katanya dirangkai oleh Dwitasari menjadi paragraf yang enak dibaca. Tidak terlalu baku, tidak pula membosankan. Novel ini cocok untuk orang-orang yang mengelu-elukan Jogja, karena lumayan banyak tempat yang penulis bahas. 

   Gambar pada sampul sesuai dengan judul dan isi novelnya. Diilustrasikan seorang wanita (Bianca) yang bertemu dengan laki-laki berpostur tubuh setinggi rak buku Bianca. Itulah orang yang disebut “monster” oleh Kevin dan “Mas Jangkung” oleh Vanessa dalam novel ini, laki-laki itulah yang disebut “Raksasa Dari Jogja”, Gabriel. Ilustari Tugu Jogja mempertegas latar tempat novel ini dan kumpulan warnanya juga mendukung gambaran remang-remang Jogja di malam hari.

   Ada sebagian tulisan dalam novel ini yang diselipkan bahasa Jawa. Sayangnya tidak semua diberitahu artinya dibawah halaman. Tidak menjadi masalah bagi segelintir orang (termasuk saya) yang mengerti bahasa tersebut, namun mungkin akan menjadi pertanyaan “ini artinya apa” bagi segelintir orang juga.Dilihat secara keseluruhan, novel ini bagus dan mengandung banyak pesan. Lancarnya alur cerita dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang ada
  Usaha itu gaya dikali perpindahan. Kalau usaha nol dan perpindahan nol, berarti kamu cuma gaya dong. -Nessa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar